Tiap kali melintas di jalan Arjuno, tepatnya di depan SMPN 8, terpampang spanduk dengan tulisan cukup mencolok : Sego Duro. Ah… sego
duro, paling-paling sama saja dengan nasi buk, alias nggak ada bedanya. Cuman
beda istilah saja. Wujudnya toh sama saja. Begitu pikirku waktu itu. Tapi
ternyata pandangan saya ini meleset bin keliru. Sego Duro beda dengan Nasi Buk
meskipun keduanya berasal dari daerah yang sama, Madura.
Perbedaan ini saya ketahui ketika kebetulan
saya janjian dengan kawan-kawan jadul untuk makan siang di warung ini. Saya
sempat bengong waktu melangkahkan kaki ke dalam. Di sebelah kiri
berdekatan dengan pintu masuk ada nasi buk lantas di sebelah kanannya
sego duro dan kemudian gorengan. Dan yang tak kalah heboh, yang berjualan sego
duro ternyata adalah kawan jadul juga. Kawan jaman sekolah dulu, kawan masa
SMA, Lely
Hariyani. OMG… Tak disangka, tak dinyana.
Di Madura sendiri, di Bangkalan, sego duro ini lazim disebut dengan nasi campur. Terus mengapa
di Malang dinamakan sego duro, nggak nasi campur saja seperti ditempat asalnya
? Ini tentunya untuk membedakan dengan nasi campur setempat. Biar nggak rancu.
Disamping “isian” nasi campurnya yang tentu juga berbeda.
Yang khas dari nasi campur madura alias sego duro ini adalah ada telor petis, bihun, dan sambal goreng
kerang.
Satu lagi, petis yang dipakai bukanlah petis udang seperti yang kebanyakan
dipakai melainkan petis ikan. Biasanya ikan tongkol atau cakalang. Tentu saja ini akan
menciptakan aroma dan rasa petis yang berbeda, khas sego duro. Yang suka sayur
lodeh dan sekaligus demen pedes bisa menambahkan lodeh tahu tempe. Dijamin
tambah mak nyus sego duronya !
Ada lagi, dendeng ragi nya highly recomended. Rasa serundeng nya gurih dan irisan dagingnya empuk dengan bumbu yang meresap.
Ada lagi, dendeng ragi nya highly recomended. Rasa serundeng nya gurih dan irisan dagingnya empuk dengan bumbu yang meresap.
Ada kejadian yang menyita perhatian sewaktu saya sedang
menikmati sego duro suap demi suap. Pengunjung warung ini tidak terbatas orang
orang kebanyakan saja namun ternyata ada siswa siswi sekolah dasar yang menjadi
pelanggan setia. Yang kerap dibeli adalah nasi kuning dan sate telor burung
puyuh. Menariknya lagi, ini selalu dibungkus alias take away. Tidak pernah
makan ditempat. Dengan sabar dan telaten teman kita ini melayani
pelanggan-pelanggan cilik yang berebut minta dilayani duluan. Sungguh luar
biasa.
Keep the spirit and success always ya
mbak...
Rujukan kuliner berikutnya nh......
BalasHapus