Kamis, 12 Juni 2014

Sego Duro mbak Lely


Tiap kali melintas di jalan Arjuno, tepatnya di depan SMPN 8, terpampang spanduk dengan tulisan cukup mencolok : Sego Duro. Ah… sego duro, paling-paling sama saja dengan nasi buk, alias nggak ada bedanya. Cuman beda istilah saja. Wujudnya toh sama saja. Begitu pikirku waktu itu.  Tapi ternyata pandangan saya ini meleset bin keliru. Sego Duro beda dengan Nasi Buk meskipun keduanya berasal dari daerah yang sama, Madura.
 













Perbedaan ini saya ketahui ketika kebetulan saya janjian dengan kawan-kawan jadul untuk makan siang di warung ini. Saya sempat bengong waktu melangkahkan kaki ke dalam.  Di sebelah kiri berdekatan dengan pintu masuk ada nasi buk lantas di sebelah kanannya sego duro dan kemudian gorengan. Dan yang tak kalah heboh, yang berjualan sego duro ternyata adalah kawan jadul juga. Kawan jaman sekolah dulu, kawan masa SMA, Lely Hariyani. OMG… Tak disangka, tak dinyana. 
Di Madura sendiri, di Bangkalan, sego duro ini lazim disebut dengan nasi campur. Terus mengapa di Malang dinamakan sego duro, nggak nasi campur saja seperti ditempat asalnya ? Ini tentunya untuk membedakan dengan nasi campur setempat. Biar nggak rancu. Disamping “isian” nasi campurnya yang tentu juga berbeda. 



Yang khas dari nasi campur madura alias sego duro ini adalah ada telor petis, bihun, dan sambal goreng kerang. Satu lagi, petis yang dipakai bukanlah petis udang seperti yang kebanyakan dipakai melainkan petis ikan. Biasanya ikan tongkol atau cakalang. Tentu saja ini akan menciptakan aroma dan rasa petis yang berbeda, khas sego duro. Yang suka sayur lodeh dan sekaligus demen pedes bisa menambahkan lodeh tahu tempe. Dijamin tambah mak nyus sego duronya !
Ada lagi, dendeng ragi nya highly recomended. Rasa serundeng nya gurih dan irisan dagingnya empuk dengan bumbu yang meresap.


Ada kejadian yang menyita perhatian sewaktu saya sedang menikmati sego duro suap demi suap. Pengunjung warung ini tidak terbatas orang orang kebanyakan saja namun ternyata ada siswa siswi sekolah dasar yang menjadi pelanggan setia. Yang kerap dibeli adalah nasi kuning dan sate telor burung puyuh. Menariknya lagi, ini selalu dibungkus alias take away. Tidak pernah makan ditempat. Dengan sabar dan telaten teman kita ini melayani pelanggan-pelanggan cilik yang berebut minta dilayani duluan. Sungguh luar biasa. Keep the spirit and success always ya mbak...


1 komentar: