Jumat, 30 Januari 2015

The Soldier : BAMBANG YUNARKO


Memperkenalkan diri di lapangan parkir, jabatan tangannya terasa erat, “Komes”

Hmmmm……. nama yang anehhh...... anak dari daerah mana sih? Kalaupun julukan, julukan apa dan apa artinya? Bahasa nya pun bahasa apa pula ini? Mohon maaf kalau bahasa khas malang jadi terlupakan, guys…. Komes adalah kebalikan dari semok. Bahenol, kata orang Jakarta ( kalau nggak boleh disebut montok )
.

Anyway…. Setelah berpuluh-puluh tahun, nama itu masih melekat di sana, di sosok seorang bapak bernama asli RM Bambang Yunarko ini. Wow….. Raden Mas, boooo…….. Dan pak Raden yang satu ini nggak pernah malu dengan panggilan itu. Lagi-lagi, iblis kecil bernama penasaran itu mengintip.

Dibesarkan dalam keluarga terpandang jaman Orde Baru dulu, masa kanak-kanak nya dihabiskan di Bangka… nun jauh di seberang lautan sana…… Putra sulung dari enam bersaudara ini ( empat diantaranya lelaki yang semuanya bernama pak Bambang ) dikenal sebagai anak nakal yang mungkin nggak pernah tau kayak apa rasa sakit itu.

Luka panjang di kaki kanannya yang menyebabkan lelaki ini gagal mengikuti SEPAWamil / Sekolah Perwira Wajib Militer, cacat permanen di tangan kanannya, dan sederetan bekas luka di sekujur tubuhnya, terpampang nyata layaknya sebuah film layar lebar tentang kenakalan masa remajanya.

Terkena ledakan petasan, tertusuk tombak pagar tetangga, dikejar satpam akibat berenang di tangki air minum orang sekampung, menabrak dan ditabrak, jumpalitan di aspal……..  ( Komessssss…….. kasihan banget ibu mu dulu yahhh…. ) tidak membuat dia kapok, bahkan tatto terakhir yang diukir di tubuhnya adalah hasil acrobat di jalan ( baca : kecelakaan ) setahun sebelum genap berusia setengah abad. ( Oom…… inget umur….. )

“Nak…. Jangan tiru bapakmu yahhh….. “ untungnya dia masih sadar dengan nasihatnya itu. ( Padahal like father like son kan yah? Hihihihihihi……. ) 

Namun, nggak banyak yang tau, Sang Scorpion mantan Komandan di Resimen Mahasiswa 813 ini ternyata phobia kedalaman air akibat “kematian suri ” yang pernah dialaminya ketika tenggelam di masa kecilnya dulu.
  
Dengan latar belakang keluarganya yang sangat disegani itu, ternyata tidak membuat nya merasa rendah diri di antara teman-teman nya ketika, karena tuntutan hidup, lelaki ini terpaksa mengais rejeki sebagai seorang supir.

Dia tetap komes yang kita kenal tiga puluh tahun yang lalu.

Suka bergurau, selalu tersenyum, tertawa lepas tanpa beban…… tanpa mengijinkan seorang pun melihat air mata dan bebannya.

Kita nggak akan pernah tau, lelaki ini sudah makan atau belum, masih punya rokok atau bahkan dah kehabisan uang, apalagi ketika sedang menghadapi kehancuran rumahtangganya ..……. Bapak tiga orang anak ini nggak pernah mengeluh, ke orang terdekatnya sekalipun.

Rasa syukur nya senantiasa meluap dari dalam hatinya, bahkan sampai terasa oleh orang di hadapannya. Protes terhadap keadaan nggak pernah terlintas di pikirannya, apalagi terungkapkan. Luar biasa !

Soldier….. kebesaran jiwa mu membuat kami merasa kerdil, kawan…..

Tetap lah menjadi komes, bro…..

Tetap lah menjadi inspirasi bagi anak-anakmu…… dan bagi kami……

We love you, We support you……..



"Kebanggaan menjadi bagian dari sebuah komunitas, seperti alumnus Santa Maria 86 Malang adalah ketika kita bisa belajar menghargai dan dihargai" 
( Bambang Yunarko )

5 komentar:

  1. Ingat jumpalitan di jalan kunir, bersama Andi Tasmiko bebek 70 digawe standing wkwkwkk

    BalasHapus
  2. Wakakakakkkk, ndlosor dek pasuruan bekjul 70

    BalasHapus
  3. tuh kannnn..... ada pengakuan dosa.... wkwkwkwkwk.......

    BalasHapus
  4. weladalah... pancen markotob, nggak ada matinye...

    BalasHapus
  5. Malaikat nya jangan sampe ketinggalan di belakang ya bro......

    BalasHapus