Senin, 19 Januari 2015

Untukku dan Untukmu : POHSARANG


Mendengar kata Pohsarang, Kediri, Jawa Timur, nggak banyak dari rekan yang menyambut antusias rencana ini. Yahh.... karena tempat ini dikenal sebagai  tempat untuk melakukan "retreat" dari teman-teman Katholik kita.

Namun banyaknya rekan dari kota Kediri itu sendiri, baik teman Katholik maupun bukan,  yang justru menyarankan penulis untuk menyempatkan diri ke tempat tersebut di sela-sela kunjungan kerjanya, membuat penulis pun penasaran akan lokasi ini. Dan... we are coming.......

Melewati jalan yang terus menanjak, udara pegunungan sontak terasa menyentuh kulit ini. Tanpa banyak petunjuk jalan, rumah-rumah penduduk di sepanjang jalan sajalah yang membuat kami, yang belum pernah ke sana dan yang bukan orang asli Kediri,  diyakinkan bahwa inilah arah yang benar menuju lokasi.


Dan di ujung jalan tersebut, di kaki Gunung Wilis itu, sebuah gereja dengan arsitek yang didominasi warna bata di sebelah kanan jalan seakan-akan menghadang kami dan berkata, "You are here, guyssss...... "

Tanpa ada petunjuk apapun, kami tau, kami sudah berada di lokasi wisata rohani ini.... Pohsarang, Kediri.....



Menginjakkan kaki ke setapak jalan berlantaikan batu paving,
keheningan sudah mulai terasa......
keheningan yang bersahabat......
keheningan yang mengajak kita untuk berdiam diri sejenak dan menyapa sang alam.....


 
Disambut oleh pedagang souvenir khas Katholik di sepanjang jalan masuk menuju lokasi "pertapaan", mau nggak mau, terbayang beberapa rekan yang pasti menyukainya, dan kami pun berhenti untuk sekedar menikmati suasana yang tercipta.

Berbagai pernak pernik khas agama dari Vatikan ada di sana, guys.... dari yang harganya Rp. 1.000,- sampai Rp. 1.000.000,-

Pas banget buat oleh-oleh dan kenang-kenangan dari sana....


Melangkah lebih dalam lagi, dan... wowwww....... sebuah goa raksasa menyambut kami....




Konon, tinggi gua ini adalah 18 meter !

Kalau gedung , setinggi  gedung bertingkat tiga, guys !!

Dan di tempat inilah, teman-teman Katholik kita biasa memanjatkan doa mereka sambil menyalakan lilin di kaki patung Bunda Maria setinggi hampir 4 meter di sebelah gua tersebut.

Mengelilingi kompleks tersebut lebih dalam lagi, kita akan dibawa untuk mengenal ritual penyaliban Yesus Kristus, guys..... mulai dari dijatuhkannya hukuman mati tersebut sampai kuburan yang terbuka pasca kebangkitanNya....

Semua even tersebut divisualisasikan dalam bentuk patung-patung tembaga di sepanjang jalan berpaving stone rapi itu

Pengerjaan nya yang halus dan detail mengundang decak kagum pengunjung, guys..... begitu artistik..... sekaligus begitu religius.....


Tour kami diakhiri di sebuah gereja yang kental dengan suasana jawa nya.....

Sebuah patung Bunda Maria yang lebih kecil dari sebelum nya pun menyapa kami.

Satu kalimat di bawahnya mengundang perhatian penulis, sebuah kalimat bahasa jawa dengan ejaan Belanda :
Iboe Maria ingkang pinoerba tanpa dosa asal, moegi mangestonana kawoela ingkang ngoengsi ing Panjenenengan Dalem., yang artinya : Bunda Maria yang terkandung tanpa noda dosa asal, doakanlah aku yang datang berlindung kepadaMu.

Sebuah gua kecil tampak tersembunyi  di sebelah kanan Gereja ini, guys..... sebuah gua yang banyak didatangi oleh bukan hanya umat Katolik untuk berdoa , melainkan juga oleh umat lain yang bukan Katolik untuk melakukan meditasi  dan memohon doa kepada Tuhan yang Mahapemurah.

So amazing...... Benar-benar sebuah perpaduan harmonis antara budaya Jawa, peninggalan Belanda, agama dari Vatikan, dan hubungan Sang Pencipta dengan alam ciptaanNya .......

Ketika kami sudah meninggalkan lokasi pun, penulis masih menyempatkan diri  untuk menoleh dan menghirup keharmonisan itu buat yang terakhir kalinya....

Keharmonisan yang sudah merupakan benda langka di jaman sekarang ....
Keharmonisan yang tidak bisa dibeli oleh tumpukan rupiah sekalipun.....
Keharmonisan yang nggak bisa ditemukan lagi di kota besar....

Keharmonisan ala Pohsarang ............



Tidak ada komentar:

Posting Komentar