Senin, 09 Februari 2015

Mutiara Berbungkus Sampah : PAPUMA


Melewati jalanan pedesaan nun jauh keluar dari kota Jember, bersama seorang kawan, penulis hanya bisa berharap menemukan segelas es campur yang segar.

Jujur, tanpa pernah mengenal nama pantai yang direkomendasikan sang driver, Papuma, pantai seperti apa yang bisa kita harapkan dari pelosok Jawa Timur yang bahkan nggak pernah terdengar dari bincang-bincang dengan teman-teman dari kota tersebut selama bertahun-tahun ? Bahkan mbah Google pun nggak tau nama itu, guys !!



Jauh.... panas.... gersang..... hanya ada sekumpulan desa dan anak-anak berseragam putih merah di sepanjang jalan, berjalan kaki atau bersepeda, tanpa menemukan di mana letak sekolah mereka.

Rasakan panas nya, guys..... 

Dan.... ketika kendaraan yang mengantar kami keluar dari jalan raya ke sebuah jalan setapak, yang jauh lebih sepi dan gersang..... biiiuhhhh...... apa pula ini ? Jalan setapak di kaki sebuah bukit !




Namun memperhatikan tanaman-tanaman di sepanjang jalan tersebut, rasa penasaran pun menggelitik.

Kering nya pohon-pohon jati akibat panasnya matahari, kontras banget dengan hijaunya tanaman yang tumbuh dengan media tanah yang sama, persis di bawahnya, guys.....

Dan di balik bukit itu?
Ada apa di sana yah ......

Kendaraan pun merambat naik.. melewati jalanan yang tidak bertambah halus... justru semakin ke dalam, aspal nya semakin tidak bersahabat.....

Sampai pada suatu titik setelah jembatan..... ketika pandangan menyapu layar kiri kendaraan ...... wowwww.......



Kami kehabisan kata-kata...

Speachless, kata orang madura.

Hilang semua keluhan..
Tak terasa lagi teriknya matahari yang mampu mengalahkan dinginnya AC dalam mobil..
Lupa udah keinginan untuk mencari toko demi sebotol soft drink.......

Birunya langit, putihnya pantai,  ditambah dengan aroma air laut dan deburan ombak dari kejauhan, membuat kami nggak sabar untuk segera mencelupkan kaki dan merasakan buih - buih ombak itu menerpa kulit.


Tapi kita masih harus naik ke dalam mobil, guys..... karena nggak sedekat yang terlihat....
Masih harus mengelilingi bukit sekali lagi sebelum dapat menyentuh bibir laut itu !!

Akhirnya...... Papuma .... Pantai Putih Malikan..... di sinilah kita berada sekarang !

Disebut Malikan, karena emang berada di balik bukit, kawan..... malikan e, kata orang Jerman.

Ternyata ada mutiara di balik onggokan sampah tadi.... luar biasa !!



Nggak sepanas pantai pada umumnya, dengan angin yang tidak sekeras biasanya, Pantai Papuma ini jauh lebih sejuk dari yang kita bayangkan, guys.....

Angin nya pun tidak terlalu keras, mungkin karena terhalang oleh bebukitan itu yah?

Lihat beningnya air, kawan.....
Dengarkan lembut suara nya ketika menerpa karang....
Rasakan sejuk menyentuh kulitmu....

Beratapkan birunya langit, tampak sempurna ciptaanNya.....

Benar-benar sebuah mahakarya dari Sang Pencipta Agung....

So amazing.....


Tanpa kami sangka, perjalanan kami belum selesai, kawan....

Sang pengemudi kembali mengajak kami mengelilingi kompleks wisata tersebut, dan ...... sederetan pondok tampak di antara pepohonan yang ada di sana.....

Ternyata .... banyak kamar ditawarkan untuk menyaksikan tenggelamnya sang surya, dan melewati malam bertabur bintang sambil menikmati ikan bakar made in sendiri di sana......

Tapi banyaknya agenda lain yang menunggu di hari berikutnya membuat kami nggak bisa berlama-lama di sana....

Dan kami pun harus mengucapkan selamat tinggal dengan bisikan ...... We will be back soon......
 


3 komentar:

  1. Asyiiikkk... Pak ketum mana.... Pak ketum 😀

    BalasHapus
  2. satu masukan lagi wacana tempat buat kumpul, dan menghabiskan satu malem bareng nihhhh.......

    BalasHapus
  3. Ngenteni koen Balik Seng yo hahahaha

    BalasHapus