Senin, 16 Februari 2015

Naik Kereta Api, Tut... Tut... Tut

Naik kereta api
Tut tut tut
Siapa hendak turut

Ke Bandung Surabaya
Boleh lah naik dengan percuma
Ayo kawanku lekas naik
Keretaku tak berhenti lama

Amboi... Sungguh ceria iramanya. Lirik nya pun sederhana dan mudah di ingat.  Sebuah lagu anak anak yang masih melekat kuat di ingatan meskipun telah bertahun tahun berlalu. Lagu sewaktu saya masih kecil, masih bocah. Lagu yang demikian populer dan mendapat tempat tersendiri di hati anak anak.





Memang mengasyikkan naik kereta api. Melihat pemandangan yang indah menyejukkan hati. Deretan sawah hijau menghampar. Nyiur melambai lambai. Pohon pohon riang berkejaran. Gemuruh suara roda kereta api yang teratur berirama bisa membuat terlena yang mendengarnya.

Oh ya, kawan... kapan terakhir kali naik kereta api ? Kemarin, 2 hari yang lalu ? ... atau seminggu, bahkan beberapa bulan yang lalu ? Hahaha... saya yakin pasti sudah lama ya ? Saya sendiri juga begitu kok. Setelah sekian tahun baru berkesempatan naik si roda besi lagi !

Saat ini saya berada di dalam gerbong kereta api Panataran jurusan Malang Blitar. Mengikuti rombongan murid murid SDN Kauman 1 Malang yang hendak studi wisata ke Candi Panataran
Awalnya sempat was was sih. Masih kebayang ramai dan sumpeknya suasana di dalam gerbong. Penumpang yang berjubel seenaknya. Pengamen dan pedagang yang berseliweran menawarkan dagangannya. 
“Tahuuu... tahuuu...” “Tahu, buk. Gratis lombok”  “Kacaaang... kacaaang..”  “Es... es... enak suwegerrr...” 
Belum lagi gerahnya udara yang bercampur dengan ‘harum’nya aroma keringat. Ampun deh...

Namun semua bayangan itu sirna. Ya, sekarang ini naik kereta api benar benar berbeda. Penumpang yang berjubel tidak akan dijumpai lagi. Kini lebih tertib.  Apalagi tiap gerbong telah dilengkapi dengan pendingin udara (AC) !
Para penumpang duduk sesuai dengan nomor kursi masing masing. Pembelian tiket pun harus sesuai dengan nama calon penumpang. Mirip seperti pembelian tiket pesawat. 
Para pengantar juga kena imbasnya. Mereka tidak bisa lagi mengantar hingga ke peron stasiun, apalagi sampai mengantar masuk ke dalam kereta hingga menjelang keberangkatan seperti yang sudah sudah. 
Kok dadi kelingan ya. Itu lho, soal antar mengantar. Orang yang berangkat bepergian satu orang, yang ikut ngantar satu mobil. Hihihi... memangnya mau pawai ya ...



Tidak luput juga pedagang asongan. Jangan sampai penertiban mematikan mata pencaharian mereka. Apalagi keberadaan pedagang asongan dan pengamen memberikan warna lain. Mereka membuat suasana kereta api kelas ekonomi seperti ini menjadi lebih semarak.

Ayo kita naik kereta api beramai ramai... !
Blitar... I’m comiiing...

1 komentar:

  1. 😊😊😆😆😭😭😭😭


    BalasHapus