Naik kereta api
Tut tut tut
Siapa hendak turut
Ke Bandung Surabaya
Boleh lah naik dengan percuma
Ayo kawanku lekas naik
Keretaku tak berhenti lama
Amboi... Sungguh ceria iramanya. Lirik nya pun
sederhana dan mudah di ingat. Sebuah
lagu anak anak yang masih melekat kuat di ingatan meskipun telah bertahun tahun
berlalu. Lagu sewaktu saya masih kecil, masih bocah. Lagu yang demikian populer
dan mendapat tempat tersendiri di hati anak anak.
Memang mengasyikkan naik kereta api. Melihat pemandangan yang
indah menyejukkan hati. Deretan sawah hijau menghampar. Nyiur melambai lambai.
Pohon pohon riang berkejaran. Gemuruh suara roda kereta api yang teratur berirama
bisa membuat terlena yang mendengarnya.
Oh ya, kawan... kapan
terakhir kali naik kereta api ? Kemarin, 2 hari yang lalu ? ... atau seminggu,
bahkan beberapa bulan yang lalu ? Hahaha... saya yakin pasti sudah lama ya ?
Saya sendiri juga begitu kok. Setelah sekian tahun baru berkesempatan naik si
roda besi lagi !
Saat ini saya berada di
dalam gerbong kereta api Panataran jurusan Malang Blitar. Mengikuti
rombongan murid murid SDN Kauman 1 Malang yang hendak studi
wisata ke Candi Panataran.
Awalnya sempat was was sih. Masih kebayang ramai dan
sumpeknya suasana di dalam gerbong. Penumpang yang berjubel seenaknya. Pengamen
dan pedagang yang berseliweran menawarkan dagangannya.
“Tahuuu... tahuuu...”
“Tahu, buk. Gratis lombok” “Kacaaang...
kacaaang..” “Es... es... enak suwegerrr...”
Belum lagi gerahnya udara yang bercampur dengan ‘harum’nya aroma keringat.
Ampun deh...
Namun semua bayangan itu sirna. Ya, sekarang ini naik kereta
api benar benar berbeda. Penumpang yang berjubel tidak akan dijumpai lagi. Kini
lebih tertib. Apalagi tiap gerbong telah dilengkapi dengan pendingin udara (AC) !
Para penumpang duduk sesuai dengan nomor kursi masing masing. Pembelian
tiket pun harus sesuai dengan nama calon penumpang. Mirip seperti pembelian
tiket pesawat.
Para pengantar juga kena imbasnya. Mereka tidak bisa lagi
mengantar hingga ke peron stasiun, apalagi sampai mengantar masuk ke dalam
kereta hingga menjelang keberangkatan seperti yang sudah sudah.
Tidak luput juga pedagang asongan. Jangan sampai penertiban mematikan mata pencaharian mereka.
Apalagi keberadaan pedagang asongan dan pengamen memberikan warna lain. Mereka membuat suasana kereta api kelas ekonomi seperti ini menjadi
lebih semarak.
Ayo kita naik kereta api beramai ramai...
!
Blitar... I’m comiiing...
😊😊😆😆ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
BalasHapus