Rabu, 25 Februari 2015

T E H - Riwayatmu dulu


Kayaknya nggak ada yang istimewa dari sajian ini dehhh…..

Siapa yang nggak kenal teh sih ?

Dari jamannya udang belum bungkuk, sampe nanti cumi nulis pake pensil juga, yang namanya teh itu diambil dari pucuknya, terus diseduh. Beberapa perusahaan teh mencoba menarik perhatian konsumen nya dengan tagline : “Satu kali penyeduhan…. “     Yah…. Sah-sah aja sih…..


Anyway, tradisi  minum teh di sore hari dah mulai dilakukan beberapa kalangan generasi ini, sebagai ganti kopi yang “haram” buat penderita beberapa penyakit.

Apalagi kalo pas dingin-dingin sore hari, secangkir teh panas bener-bener nikmat. Ada yang dicampur jahe, jeruk nipis, atau bahkan susu. Suka-suka deh…..


“Belajarlah sampai ke negeri China”

Pepatah lama itu mendorong penulis untuk mampir ke sebuah tea house ketika ada kesempatan berkunjung ke negeri Jihan itu, pengen tau apa istimewanya teh itu buat mereka sih…..

Disambut oleh bangunan khas China ( gak istimewa banget buat kita sihhh…..  mirip Mesjid Cheng Hoo di Pandaan ), nonik-nonik cantik berbusana khas mengajak kami berkeliling. 

Dasar orang Indonesia, selain bertanya “Mana teh nya ?”, mata kami yang masih mata Indonesia, tertarik ama setumpuk “konde” yang dijejer di kiri-kanan lorong rumah itu, yang dibandrol dengan harga CNY350 ( sekitar Rp. 350.000,- )

Guys... that's the tea !!

Konde-konde itu adalah daun teh yang dipadatkan, guys, disimpen puluhan tahun, bahkan sampai 30 tahun, supaya mereka bisa mengalami proses proses oksidasi mikrobiologi / pengomposan.

Semakin lama disimpan akan semakin matang dan khasiat alami nya akan semakin kuat, disajikan dengan cara merebus nya, bukan menyeduh seperti layaknya teh. Namanya Teh Puh Erl . Gilaaaa….. kayak wine di eropa aja yah?


Jenis teh yang satu ini ternyata ditemukan secara nggak sengaja, guyss..... tapi menjadi komoditas negeri ini lho.....


Ceritanya nihh..... pas mereka kudu ngungsi karena perang, mereka bawa dedaunan teh tanpa dikeringkan dulu, karena nggak sempet.


 Lha kok justru karena itu, setelah bertahun-tahun kemudian, proses fermentasi yang terjadi membentuk enzim yang dapat digunakan sebagai obat oleh para tabib mereka, dimulai ketika rombongan pengungsi ini terkena wabah diare. Jadi mulailah mereka melakukan proses penyimpanan daun teh ini dengan lebih serius. Keren yahhh......


Ada juga yang disebut Teh putih / teh salju.
Berasal dari dataran tinggi di propinsi Fujian, China, teh ini biasa disajikan untuk kalangan bangsawan dan keluarga kekaisaran. Jenis teh yang satu ini amat langka, guys……, soalnya musim petiknya cuman 2 hari sampe 2 minggu, di awal musim semi, saat masih berupa tunas dan belum mekar. 

Disebut teh putih, karena pada saat dipetik, tunas tersebut masih diselimuti bulu-bulu halus berwarna putih seperti layaknya salju yang sering turun di daerah tersebut.

Secara medis telah terbukti memiliki kandungan antioksidan polifenol yang sangat dibutuhkan tubuh manusia, yang berkhasiat antara lain untuk menambah daya tahan tubuh, menunda penuaan, mencegah kanker, mencegah pengerasan dan penyumbatan pembuluh darah, kerusakan otak, menurunkan kolesterol….. waduhhhh……. Banyak banget yah?


Untuk keseharian mereka, masyarakat Beijing mengkonsumsi teh herbal, yang serupa ama teh bikinan nenek kita dulu, yang diseduh setelah pucuk teh nya dikeringkan ( ohhhh...... namanya teh herbal tohhhh ..... )

Baru tau juga nihhh… ternyata teh herbal ini membantu mencairkan lemak yang kita konsumsi sehingga nggak menjadi padat dan membuat obesitas.

So, kawan.... Ngeliat banyaknya manfaat dalam daun ini.... terutama buat yang anti kopi ( yang katanya identik ama kaum smoker ),  nggak ada salahnya kita memulai kebiasaan baru ini yuuukkkkk....... 

So...... dah "ngeteh" sore ini ?

Bravo Alumni Sanmar 86 Malang





 

1 komentar:

  1. waah...jadi pengen ngeteh nih... mau yang coklat, putih, hijau, merah ato hitam yaaa...

    BalasHapus