Menjelang tengah hari mobil Elf putih yang
kami tumpangi memasuki pelataran parkir Tirta Empul. Suasananya cukup ramai.
Para wisatawan hilir mudik.
Ada yang baru tiba seperti halnya kami. Dan
sebaliknya, ada pula yang telah kembali ke mobil masing masing. Yang masih
betah menikmati keindahan tempat ini juga masih cukup banyak.
Tirta Empul ini letaknya
bersebelahan, tepatnya berada di kaki lokasi Istana Tapaksiring. Lingkungannya asri dan elok dipandang mata.
Pohon pohon besar berderet dengan daunnya yang rimbun.
Hawanya sejuk, membuat suasana menjadi nyaman.
Taman yang tertata apik dengan kolam ikannya terlihat berpadu serasi dengan keberadaan bangunan pura maupun patung yang eksotik khas Bali.
Melangkah keluar dari halaman parkir, kita
akan disambut pohon beringin besar. Adanya pelinggih untuk bersembahyang
dibawahnya membuat nuansa sekitar terasa begitu sakral.
Setelah melewati sebuah gapura kita
akan menjumpai kolam ikan besar dengan warung warung makan di sebelah kirinya.
Bersebelahan terdapat wantilan,
ruangan luas semacam aula.
Yang menarik, kamar mandi yang terletak
disebelahnya, menurut saya bentuknya mirip dengan layaknya tempat bilas/ruang
ganti di sebuah kolam renang.
Melangkah lebih jauh kedalam...
Ada sesuatu yang mengundang tanda tanya
besar.
Saya menjumpai beberapa orang
yang mengenakan pakaian adat seperti layaknya dalam sebuah upacara.
Sisa sisa persembahyangan juga masih
hangat. Nampaknya belum lama dilakukan upacara.
Yang nampak jelas sekarang
adalah banyak orang mandi bergantian
dibawah pancuran di kolam/pemandian yang cukup luas.
Saya teringat dengan apa yang saya
saksikan dari Istana Tapaksiring beberapa tahun silam. Mirip dengan apa yang
saya lihat sekarang ini.
Belakangan saya ketahui, ternyata kegiatan tersebut
adalah upacara yang disebut dengan melukat.
Panasaran dan juga agar
lebih afdol, saya mengontak bli Cok Kresna, seorang sobat yang tinggal
di Ubud.
Melukat adalah upacara pembersihkan diri, pembersihan pikiran dan jiwa secara spriritual dalam diri manusia. Membersihkan diri dari sesuatu yang
kotor/buruk (klesa) yang menyebabkan manusia banyak mengalami masalah
hidup.
Prosesinya biasanya mencari hari baik
untuk melaksanakannya, misalnya bulan purnama atau bulan mati (tilem).
Tetapi ada juga yang dilakukan di hari besar, misalnya Banyupinaruh,
Galungan atau Kuningan.
Upacara ini dilakukan secara beramai-ramai
dan biasanya dilangsungkan di pura atau
pemandian yang dikeramatkan.
Upacara yang
merupakan tradisi umat Hindu Bali yang secara turun-temurun masih dilaksanakan
hingga sekarang ini.
Sebuah tradisi yang masih dipegang dengan teguh. Sebuah tradisi yang memperkaya khazanah budaya bangsa.
Akhir Desember,
Aku, Rembulan dan Matahari ku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar