OSKAB NGALAM, JES....
!
Bakso...?
Woow... Mau
dooong ! Siapa sih yang nggak pingin.....
Siapa sih orangnya yang nggak ngiler....
Mungkin orang yang lagi sakit gigi ‘kali ya ? .....atau yang sedang sakit hati
?
Hahaha..... Lha kok malah kayak
lagunya bang Meggy Z ? Nggak dua dua nya deh !
Mendingan ngebakso aja yuk....
Lihat tuh, si pentol ‘dah
nggodain. Merayu dari balik kuah yang menebar aroma harumnya kaldu. Hmmm.... mak
cleguk )))
Dengan taburan bawang goreng dan hijaunya daun bawang semakin menambah
selera dan pesona si pentol.... Menghipnotis.... Semakin jauh....
Semakin dalam.... cleguk, cleguk.
Beruntunglah bagi yang tinggal di Malang.... kota yang
identik dengan bakso. The kingdom of bakso. Surganya bakso.
Cukup banyak bakso yang
sudah terkenal dan memiliki tempat berjualan alias mangkal, seperti Bakso
Kedawung (sayang sekali bakso ini sudah tidak eksis lagi), Bakso Presiden,
Bakso Kota Cak Man, Bakso Solo, Bakso Bakar Pak Man, Bakso Damas, Bakso Urat ataupun
yang lainnya.
Disamping yang manggrok, ada juga yang keliling. Yang ider (dengan memakai rombong) alias nggledek
tak terhitung banyaknya.
Dengan ciri khasnya masing masing dan terkenal di
daerah jualannya sendiri sendiri.
Di tempat saya misalnya, ada Bakso Ateng. Nggak tahu kenapa
kok dinamakan demikian.
Padahal orangnya yang jualan nggak ada miripnya dengan
almarhum pelawak Ateng lho...., cuman sama sama pendek aja. Hihihi.... Ono
ono wae carane ben laris dodolane.
Penyajian dengan cara lama alias beningan dalam
perjalanannya mengalami perkembangan.
Tidak melulu kuah dengan isian bakso
namun ada yang menambahkan soun, kecambah atau irisan daun sla.
Kalau memang
suka ya monggo ditambahkan biar tambah nano nano.... biar tambah rame
rasanya. Biar tambah gembul, hehehe....
Bagi saya, kuah sebagai soulmate bakso tidak boleh
diremehkan.
Kelezatan bakso tidak semata mata ditentukan oleh bakso itu sendiri
(empuknya pas dan terasa daging sapinya) namun juga ditunjang oleh citarasa
kuahnya.
Kuah yang nggak bikin eneg (karena kebanyakan tambahan
penyedap), lantas ngaldu nya pas sehingga sampai suapan terakhir nggak
bikin blenger.
Kuah yang miroso ini yang bisa bikin ketagihan. Nggak
jauh jauh teman saya yang “maniak” bakso. Begitu bakso habis dimakan dan
tersisa kuahnya....
Hehehe.... Dia langsung minum kuah dari mangkoknya saking
nggak sabarnya kalau harus menyuap sendok demi sendok.Ya ampyuuun.... Opo
tumon ?
Baksonya sendiri pun juga mengalami modifikasi dari bentuk
asalnya. Dari yang semula berupa murni
bulatan daging sapi ditambahkan isian telor puyuh, keju ataupun yang ekstrim
berupa irisan cabe.
Ini yang melahirkan spesies baru, yakni bakso ranjau atau
ada juga yang menyebutnya bakso mercon. Nah ini dia ada lagi.... lain daripada
yang lain.
Bakso yang tidak selalu disajikan setiap hari tetapi hanya pada
hari hari tertentu saja. Bakso yang bikin “geregetan” karena harus nunggu lagi
buat menikmatinya. Namanya bakso sumsum.
Sesuai dengan namanya, ada isian
sumsum sapi di dalamnya. Begitu di gigit.... wuiiih, sumsum nya fren, sumsum
nya.... langsung meleleh ! Lembut nan gurih membelai lidah. Bakso yang penuh
sensasi....
Dia memang penuh dengan pesona. Memukau.
Mampu menyihir siapa
saja yang memandang untuk menghampiri dan menikmatinya.
Dari bentuknya yang mungil
(bakso kerikil ) sampai yang segede kepalan tangan (bakso jumbo/bal
tenes ). Dari penyajian yang berkuah hingga keringan (bakso bakar).
Dinikmati dengan kuah beningan atau kuah nya dicampur jadi satu dengan
saus tomat dan sambalnya....
Itu semua tidak mengurangi enak dan nikmatnya.
Kane
lop, ker !
Bakso Raos becak merah sekitaran kawi asalnya favorit ku, masih eksis apa nggak yah?
BalasHapusGarai ngiler ae rek...
BalasHapus