Senin, 04 Mei 2015

Satu Sudut di Selatan Jawa timur


Melongok kota yang satu ini, hampir tidak ada yang dapat diceritakan.

Terjepit di antara 3 kabupaten besar di Jawa Timur, Kabupaten Malang, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Jember, serta sebuah samudra, Samudra Indonesia di bagian Selatannya, kabupaten yang satu ini nggak pernah dilirik oleh travel agent yang suka mempromosikan dirinya sebagai "Penjelajah Jawa Timur"


Lumajang.
Sering dipakai sebagai bahan guyonan mereka yang nggak mau dikatakan pengangguran, lumah-lumah nang ranjang. Hadeeehhhhh..................

Pertama kali menelusuri daerah "tapal kuda" ini ( meminjam istilahnya kaum militer ), Lumajang selalu menjadi patokan bila akan mencapai Jember. Membuat penulis begitu terobsesi akan kota yang satu ini, kawan. 
Karena jalur ke arah Jember sama sekali tidak menyentuh kota Lumajang itu sendiri ! Kita harus berbelok di daerah Wonorejo, 6 km sebelum kota tersebut.

Walau demikian, Lumajang tetap menarik untuk diamati, guys.....

Curah hujannya yang selalu turun setiap kali memasuki kabupaten ini dari arah Pantura. Jalanannya yang menanjak dan dipenuhi truk-truk pasir. Kemacetannya yang bisa berjam-jam akibat sempitnya jalan.... membuat kita memahami banget alasan bis-bis pariwisata yang nggak pernah berpikir untuk mengambil rute ini untuk menuju ke penyeberangan feri ke Bali.

Namun jejeran stand buah
di sepanjang jalan,
membuat penulis nggak bisa
menolak iblis kecil
bernama penasaran yang menggelitik ini


Alpokat nya
Pepayanya
Lomboknya
Dan pisang agungnya itu

Begitu terkenalnya pisang agung di sini, sampai-sampai beberapa media menamakan pisang tanduk ( dialek Jakarta, atau pisang candi ) ini dengan nama Pisang Lumajang. 

Di beberapa daerah, pisang ini termasuk pisang mewah, kawan, karena termasuk buah langka namun pas kalau dibuat kolak atau digoreng.

Namun di sini, kita bisa mendapatkannya hanya dengan beberapa lembar mesem aja lhooo......

Dearah ini memang terkenal dengan tanah nya yang subur, guys......

Sayur mayur dan buah-buahannya,
tumbuhan nya, 
sungguh memikat siapa saja yang melihatnya.

Nggak heran,
karena daerah ini dikelilingi tiga gunung berapi
yaitu Gunung Semeru, Gunung Bromo dan
Gunung Lamongan, yang masih aktif sampai hari ini.

Bahkan di dalan sejarahnya, Gunung Semeru sudah puluhan kali memuntahkan lahar panasnya selama dekade terakhir ini, kawan.


Namun justru, ratusan kali bencana itu
menjadi sebuah anugrah di kemudian hari, 
karena lahar dingin yang ditinggalkannya 
membentuk sebuah sungai pasir 
yang kemudian membuat kabupaten ini 
menjadi pemasok pasir nomor satu di tanah air. 

Pasir Lumajang yang hitam 
akibat mengandung bijih besi, 
membuat pasir ini mampu 
menjadi primadona 
pembangunan gedung-gedung bertingkat.

Siapa yang menyangka ?



Itulah rencana dan kehendak Ilahi 
untuk penduduk kabupaten ini khususnya
dan seluruh Jawa Timur umumnya, kawan
Karena tidak pernah ada pelangi 
bila nggak ada badai kan?!

Nggak pernah ada mujizat bila tidak ada bencana.

Nggak pernah ada rasa kenyang bila tidak ada rasa lapar.

Dan Lumajang, dengan penduduk mayoritas suku Jawa dan Tengger, yang terkenal dengan sifat nrimo nya, boleh menuai buah dari sikap syukur nya itu.

Ratusan penambang dan puluhan pengusaha pasir lahir dari liang keterpurukan akibat letusan Semeru ini, kawan.

Ekonomi pun merangkak naik, perlahan tapi pasti, yang tentu saja, berdampak pada kehidupan ekonomi setiap keluarga di sana.

Dan mata kita pun terbuka....

Pada satu sudut di selatan propinsi ini
Di sebuah kota yang 
tidak diperhitungkan sama sekali
Berawal dari sebuah garis finish
Tanpa harapan dan masa depan

Lumajang menggeliat bangkit
Alam menyediakan 
Manusia pun menunjukkan sikapnya


Bukan sikap protes
Bukan sikap menuntut
Bukan pula sikap menyesali

Namun sikap pantang menyerah
Dan tekad untuk memperbaiki nasib mereka
Sehingga, alam pun berpihak padanya

Bravo Lumajang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar