Jumat, 04 September 2015

The Soldier : DIDIK SETIABOEDI


Postingan salah satu sobat kita di group Sosmed Langsep 86 Malang ini sontak menarik perhatian penulis.

Ketemu Didik di Bali

Didik ? 
Didik temen sekelas waktu SMA dulu ? 
Bener tah ?

Nggak yakin, setelah melalui beberapa tahap, penulis pun membuka jalur komunikasi dengannya.

Ngobrolnya enak, bahasanya gaul, pemikirannya sederhana......
Dilanjutkan dengan mencocokkan waktu buat kopi darat di kota tercinta kita, Malang, liburan panjang bulan Juli yang lalu.

Namanya belum jodoh, kami pun sepakat untuk menundanya di lain waktu. Dan..... Lobby Hotel Kartika Chandra di Jakarta, menjadi saksi pertemuan pertama kami malam itu.

DIDIK SETIABOEDI

Masih seperti yang dulu, tinggi, kurus, ramah, supel, dengan senyum khasnya....

Walau guratan di wajahnya udah berbeda dengan tiga puluh tahun lalu, tapi ingatan penulis cukup kental tentang lelaki yang satu ini.

Cenderung pendiam, susah memulai pembicaraan dengannya, namun pemikiran dewasanya yang jauh melebihi usianya saat itu, sempat mampu mempesona seorang gadis belia, kawan !

Dan itu yang nggak berubah !!
Didik Setiaboedi masih tetap yang dulu !


Ditemani terang bulan bangka
yang sengaja dibelinya
akibat mengintip obrolan di group,
 jam demi jam pun kami lewati di malam itu.

Tanpa menghiraukan udara malam,
atau perjalanan yang cukup jauh untuk bisa
kembali pulang ke Serpong,
tempat tinggalnya sendiri,
bersama motor kesayangannya,
waktu yang disediakan nya bagi seorang kawan lama,
mampu membuktikan keperdulian nya.


Lelah menjalani kehidupan sebagai seorang karyawan yang notabene, semua yang dimilikinya, waktu, tenaga, pikiran, bahkan keluarganya, udah "dibeli" perusahaan, lelaki ini memutuskan untuk beralih ke bisnis...... dan bisnis transportasi pun dilakoninya sampai hari ini.


Dikaruniai dua orang anak gadis yang sudah beranjak dewasa, 
kehidupan metropolitan mampu membuat lelaki ini 
berpikir panjang untuk bertindak dan melangkah 
di dalam mendidik mereka, kawan.

Kekhawatiran seorang ayah terpampang jelas 
ketika bibirnya menyuarakannya, 
walau terbalut dengan tawa dan canda.

Kekhawatiran yang bukan tanpa alasan
Suka tidak suka, siap apa nggak.
Tongkat estafet akan segera beralih



Dalam keadaan seperti itu,
bukanlah Didik Setiaboedi
bila tidak merenungkan kehidupan selanjutnya

Ketika anak-anak beranjak dewasa,
menikah dan membangun keluarganya sendiri
Cermin dari generasi sebelumnya !




"I am not a perfect guy"
Satu lagi bukti kedewasaanmu, kawan

Kita memang nggak pernah tau
Apa yang akan terjadi selanjutnya

Itulah manusia
Jatuh bangun terjadi senantiasa
Tinggal bagaimana kita ingin menutup buku ini
Dalam kejatuhan, atau dalam kebangkitan

Soldier,

Life is not easy
Tapi tersenyumlah,
Karena di sanalah kemenanganmu
 Karena kaulah kebanggaan bagi putri-putrimu
Bagi dia yang kau cintai
Bagi keluarga yang kau bangun
dengan cinta dan kebijaksanaan
seorang Didik Setiaboedi....

You are so wonderful !!


We love you, buddy....
And we always support you



Tidak ada komentar:

Posting Komentar