Rabu, 25 November 2015

My Sharing : Memulai Dari Yang Kecil

Inspiration Sharing dari Didik Setiabudi

Dalam satu kesempatan, menghabiskan waktu bareng Gobin Vashdev, seorang motivator , di sebuah pojok pulau Dewata,  meninggalkan kesan yang mendalam, sobat.

Kesan itulah yang membuat jemari ini bergerak untuk mengikutinya di dalam dunia maya.

Dan sebuah tulisannya sungguh menginspirasi, membuatku nggak bisa berdiam diri dan tidak berbagi kepada sesama alumnus.

Berikut adalah tulisan arek Suroboyo ini.

Semoga bermanfaat.

Beberapa minggu lalu 
saya hadir dan berbagi di OGHE Jakarta (Organic, Green and Healthy Expo), 
sebagai panitia, penjual , pemerhati. 

Tak capek-capeknya menjelaskan tentang kebaikan dari hidup yang lebih alami, organik dan green. 

Saya yakin sekali banyak peserta yang setuju bahkan terispirasi untuk hidup lebih natural, pertanyaanya berapa banyak orang yang menindaklanjuti keputusannya tersebut??

"Mengetahui namun tidak melakukan itu sama artinya dengan tidak mengetahui" kata Confucius.
Kita mungkin sering menghujat sahabat yang merokok atau kecanduan narkoba dengan mengatakan 'udah tau jelek, merusak badan tapi kok diterusin aja". kita heran mengapa mereka susah berubah?
Sekarang, bagaimana kalau kita balik saja pertanyaanya?

Gula putih contonya, adalah benda yang sangat tak baik bagi kesehatan, apakah dengan sadar kita melakukan langkah untuk menghentikannya?
 
Tas plastik yang jelas-jelas tak terurai sampai ribuan tahun dan menjadi sampah penyebab banjir yang berulang kali klita keluhkan, apakah kita mengambil tindakan dengan signifikan untuk menguranginya?
Kita meributkan kelaparan,suhu dunia yang lebih panas, semakin sedikitnya air bersih, apakah kita dengan konsisten mengurangi asupan daging dan susu yang menjadi biang keladi dari semua itu?
 



Kita mencaci maki pemerintah karena asap 
dan dengan keras mencurigai perkebunan kelapa sawit 
sebagai aktor intelektitual dibalik pembakaran hutan, 
apakah kita mengambil sikap dan tindakan secara pribadi  
untuk menghentikan pemakaian benda yang mengandung palm oil?


Semua ini adalah renungan dalam sekaligus tamparan keras bagi kita semua.

Sudah sangat mendesak bagi kita semua untuk mendidik diri 
sekaligus megusahakan pendidikan sekolah yang bersifat holistik, 
belajar secara menyeluruh bukan terpotong dan terkotak, 
melakukan proses bukan instan, 
bekerjasama bukan bersaing, 
bertindak bukan sekedar berteori.




Saat ini 
Kita sampai pada budaya yang sangat ekstrim dimana orang-orang yang mengurangi keinginannya untuk menjadi lebih sederhana setiap tahunnya yang saya anggap waras, dianggap gila.

Budaya modern terobsesi dengan pertumbuhan materi, menuntut kita untuk harus 'maju', menjadi 'sukses', terjemahannya adalah mempunyai uang dan barang yang lebih banyak dan buuuanyaakk tanpa memperhitungkan (baca; memperdulikan) efeknya pada lingkungan.

Sebagian besar orangtua berkata bahwa ia bekerja dan berdoa keras mengumpulkan uang untuk anaknya agar hidup lebih baik, namun menariknya, sepertinya tidak ada yang perduli dengan kelestarian bumi yang nantinya akan didiami oleh orang-orang yang ia cintai itu.

Kita tersulut bereaksi keras tatkala banjir, gempa, atau kebakaran hutan datang, kita berbondong-bondong melakukan aksi menjadi relawan atau berteriak keras di media namun dimana gerakan masif yang mencegahnya?

saya berharap sekali, ingin rasanya memimpin atau bergabung di sebuah komunitas besar yang sadar serta berkampanye lantang akan kesehatan dan lingkungan, tapi itu dahulu, sekarang energi saya lebih banyak saya fokuskan untuk memperbaiki komitmen diri yang masih banyak kacaunya.

Daripada mengutuk kegelapan,
mari menyalakan lilin 
begitulah kata sang bijak.
 

Satu lilin mungkin tidak ada artinya bagi dunia, 
namun saya percaya 
dibelahan tempat yang lain 
pasti banyak yang juga melakukannya 
dalam skala yang berbeda.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar