Padang Sidempuan, kota yang terletak di wilayah Tapanuli Selatan, sekitar 400 km dari kota Medan. Dengan
panorama alamnya yang indah karena letaknya yang dikelilingi perbukitan membuat kota ini
menjadi salah satu tujuan wisata favorit.
Banyak masyarakat yang memanfaatkan lereng perbukitan untuk
berkebun sebagai mata pencahariannya. Buah dengan kulit bersisik menjadi primadonanya
sehingga julukan “Kota Salak” pun melekat pada kota ini.
Selain keindahan alamnya, kelezatan kulinernya menggugah selera.
Ada satu makanan yang khas karena memang dari sinilah asal mulanya. Dengan kata lain makanan ini adalah menu sehari-hari warga setempat yang akhirnya menyebar ke daerah yang lain, pakkat !
Ada satu makanan yang khas karena memang dari sinilah asal mulanya. Dengan kata lain makanan ini adalah menu sehari-hari warga setempat yang akhirnya menyebar ke daerah yang lain, pakkat !
Sebelum dikonsumsi pakkat atau rotan muda ini
memiliki tekstur yang lembut. Pucuk rotan dibakar lebih dulu dan dikupas.
Lantas diambil bagian dalamnya yang
berwarna putih.
Cara makan seperti halnya lalapan, biasa di cocol pake sambel.
Rasanya yang rada-rada pahit menimbulkan sensasi tersendiri ketika berpadu
dengan pedasnya sambal.
Sayangnya tidak semua warung/rumah makan di Medan menyajikan menu ini, mungkin hanya beberapa saja dan kebetulan di RM. Padang Sidempuan, tempat saya makan, selalu tersedia.
Berbeda bila pas bulan Ramadhan tiba, pakkat banyak dijual orang-orang di tepi jalan pada sore hari untuk menu buka puasa.
Bagi saya, pakkat tidak lengkap bila tidak dimakan bersama dengan
si jengki.
Si jengki alias teri gede (makanya disebut jengki) yang dipadu dengan jengkol. Jengkol rebus yang dimasak bumbu rendang lantas di mix dengan jengki yang sudah digoreng.
Si jengki alias teri gede (makanya disebut jengki) yang dipadu dengan jengkol. Jengkol rebus yang dimasak bumbu rendang lantas di mix dengan jengki yang sudah digoreng.
Pakkat dan si Jengki membuatku tidak bisa pindah ke lain hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar