"Christine sapa sih ?"
"Anak IPA apa IPS yah?"
"Aku gak weroh"
Rata-rata itu reaksi teman-teman kita ketika ditanyain tentang sosok yang satu ini. Selain nama yang cenderung "umum", perempuan ini emang nggak banyak ngomong di masa SMA nya dulu.
"Selalu memakai seragam lengan panjang yang dikancing di pergelangan tangan, dengan rompi tertutup rapat dan kaos kaki sebatas lutut"
Tanggapan mereka pun berbeda
"Ohhhh... yang rapi jali itu yahhh......"
Christine Sucipto
Penampilan sederhana dan rapi, jauh berbeda dengan kebanyakan kita yang nggak pernah mengancing rompi atau yang memakai kaos kaki ala kadarnya aja, cermin dari kesederhanaan seorang anak perempuan pada jamannya dulu.
Itulah keseharian nya saat itu.
Jauh dari hingar bingar masa remaja, sobat !
Melanjutkan kuliah di IKIP Malang, tanpa "dunia dalam genggaman", dan beberapa kali agenda kumpul bareng terlewatkan, hubungan kami pun terputus sampai puluhan tahun kemudian, sampai di satu hari di awal tahun ini, ketika ada kesempatan, kami pun memutuskan untuk bertemu lagi
Nggak banyak yang berubah.
Christine masih seperti yang dulu.
Masih tetap polos
Dan masih tetep jaga toko pojok itu
Memori pun dirajut kembali
Kisah kasih pun terputar ulang
Christine Sucipto.....
Si sulung dari tiga bersaudara yang semuanya perempuan ini sudah mengenal rumit nya memiliki anak gadis justru jauh sebelum dia sendiri memikirkan untuk menikah, sobat.
Yah.....
Di saat ketiga bersaudara ini mulai memasuki masa menjadi seorang wanita, sang ibu mendahului mereka menghadap Sang Khalik, di usia nya yang belum setengah abad.
Dan Christine Sucipto harus memainkan perannya sebagai ibu bagi adik-adiknya.
Tanpa didampingi wanita yang melahirkannya,
Christine melangkah ke pelaminan.
Tanpa bimbingan seorang perempuan dewasa,
Christine melahirkan bayi nya yang pertama
Menggendongnya, merawatnya, membesarkannya ......
Tanpa pengalaman akan rumah tangga,
Christine menjadi panutan adik-adik nya
Di dalam mengambil keputusan
Tentang pendamping setiap dari mereka
Tentang pernikahan adik-adiknya
Tentang kelahiran putra-putri mereka
Christine pun dipaksa
untuk menjadi seorang wanita dewasa
Di saat dia memerlukan
uluran tangan seorang yang jauh lebih dewasa
Soldier,
There's a giant inside you
Ada raksasa yang tidur di dalammu, sista....
Raksasa yang terusik karena keadaan
Raksasa yang mampu mengatakan TIDAK kepada kemanjaan
Yang sanggup membuat seorang Christine menghadapi realita terburuk sekalipun
Bukan kelemahan yang kami lihat, soldier
Bukan air mata dan rintihan seorang wanita lagi
Tapi teriakan menantang dari sayup lembut suaramu
Dan sekarang,
bersama suami dan kedua putra / putrinya,
Membesarkan bisnis orang tua bersama suamiBukan lah sebuah keputusan yang mudah
Tapi bila itu harus menjadi sebuah keputusan juga
Biarlah kebanggaan seorang lelaki segagah dia
Yang sanggup mewakili kekaguman kami padamu
Keep fighting, buddy
Keep smiling.....
Karena di sanalah sabuk seorang lelaki
We love you, soldier
We always support you.....
Heello Christine, tetanggaku dan teman mulai kecil.....
BalasHapus